PEOPLENESIA.COM – Masih segar di ingatan kita tentang hasil riset tingkat kesopanan netizen Indonesia yang menempati posisi terendah se-Asia Tenggara. Bertolak belakang dengan karakter bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang sopan dan ramah. Kabar tentang kenakalan remaja, kasus korupsi yang masih tinggi dan krisis mental lainnya masih sering menghiasi pemberitaan. Permasalahan ini tentu menjadi hal penting untuk diatasi, karena karakter bangsa yang positif dapat membawa negara melesat lebih tinggi.
Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus diwujudkan melalui penyelenggaraan Pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Dan, penguatan pendidikan karakter salah satunya, sedini mungkin, dimulai dari keluarga. Keluarga memilki peran vital pembentuk karakter anak yang akan menjadi bekal ketika dewasa kelak.
Melihat pentingnya hal tersebut, Semua Murid Semua Guru ingin berpartisipasi meningkatkan kesadaran dan kualitas keluarga Indonesia melalui program Ngobrol Publik (NGOPI) kali ini dengan mengangkat tema “Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Bangsa”.
Hadir tiga narasumber hari ini antara lain Ibu Nurhayati Subakat (Founder dan Komisaris Utama Paragon), Bapak Ir. Hendarman, M. Sc., Ph.D (Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Repulik Indonesia) dan Prameshwari Sugiri (Chief of KumparanMOM) Pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak untuk bekal masa depan, dibenarkan oleh Nurhayati Subakat, yang dikenal memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat.
“Sejak saya kecil, orang tua sudah menanamkan nilai-nilai kepada saya dan saudara-saudara dengan IMTAQ dan IPTEK. Sehingga nantinya baik saya menjadi seorang pebisnis, maupun seperti saudarasaudara di profesi lain, memiliki karakter yang baik. Yang jika dirumuskan ada 5 nilai, yaitu Ketuhanan, Kepedulian, Kerendahan hati, Ketangguhan dan Inovasi”, tutur Nurhayati.
Ibu dari tiga orang anak ini menambahkan bahwa pembentukan karakter tidak bisa dikerjakan secara instan, berawal dari mengetahui nilai yang menurut kita baik, menjadi kebiasaan, menjadi budaya dalam keluarga, barulah bisa menjadi karakter. Belum lagi pengaruh dari luar yang juga akan mempengaruhi karakter anak kita. Hal ini menjadi penting bagi orang tua sebagai role model pertama anak-anak untuk bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut dan yang terpenting memberi contoh bagi anak-anaknya sejak dari rumah.
Menguatkan pendidikan karakter dalam keluarga, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai tantangan baik dari internal maupun eksternal keluarga.Menurut Kepala Pusat Penguatan Karakter, Ir. Hendarman, M. Sc., Ph.D, Indonesia tengah menghadapi tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan berbagai kecenderungan global. Setidaknya terdapat 3 (tiga) kecenderungan penting yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
“Berlangsungnya revolusi industri keempat yang ditandai dengan fenomena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam era revolusi digital, adanya perubahan peradaban masyarakat yang ditandai dengan berubahnya sendi-sendi kehidupan dan semakin tegasnya fenomena Abad Kreatif yang menempatkan informasi, pengetahuan, kreativitas, inovasi dan jejaring sebagai sumber daya strategis bagi individu, masyarakat, korporasi, dan negara”, jelas Hendarman.
Solusi dari tantangan tersebut salah satunya dengan aktivasi yang melibatkan peran keluarga melalui berbagai strategi komunikasi publik dengan pelibatan komunitas parenting dan media. Dalam masa pandemi COVID- 19 ini, perlu mengupayakan agar orang tua memahami khittahnya yaitu sebagai guru pertama dan utama dalam penguatan karakter bagi anak-anaknya”, jelas Hendraman.
Hal senada juga disampaikan Prameshwari bahwa media memiliki kontribusi untuk meningkatkan peran keluarga dalam penguatan karakter bangsa dengan mendukung adanya kolaborasi dan inovasi berbagai pihak. “Tidak hanya dalam mendorong perubahan pendidikan tapi juga menyediakan platform yang memungkinkan inovasi dan kolaborasi tersebut. Kumparan sebagai platform dapat dimanfaatkan untuk belajar bersama, mengumpulkan pemikiran, gagasan dan berbagi praktik baik dalam upayaupaya pendidikan. Termasuk pendidikan karakter”, ungkap Prameshwari.
Sebagai seorang ibu, ia pun mengajak para orang tua (keluarga) menanamkan karakter-karakter positif yang dapat menjadi bekal bertahan, bertumbuh dan berkembang seterusnya sebagai satu bangsa, apalagi di saat menghadapi situasi pandemi seperti sekarang. Karakter tersebut antara lain fleksibilitas, yang mengacu pada kapasitas untuk beradaptasi dan bangkit pada kesempatan optimisme dan tak kalah penting empati agar tertanam karakter luhur bangsa ini.