PEOPLENESIA.COM – Film “Budi Pekerti” mengisahkan kisah Ibu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru bimbingan konseling (BK) yang terlibat dalam sebuah konflik dengan salah satu pengunjung pasar di wilayah Yogyakarta. Konflik ini rupanya direkam oleh pengunjung lain tanpa pengetahuan Bu Prani, dan video tersebut menjadi populer di media sosial. Namun sayangnya, akibat video ini, Bu Prani dan keluarganya terjebak dalam lingkaran misinformasi, mendapat komentar negatif, dan bahkan menjadi sasaran perundungan dari pengguna media sosial.
Keadaan di atas merupakan sepenggal cerita dari film “Budi Pekerti’, karya Sutradara dan Penulis Skenario, Wregas Bhanuteja, yang mencerminkan realita di era digital saat ini. “Film ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya pengguna platform digital untuk senantiasa selalu berbudi pekerti dan #SalingJaga. Baik di kehidupan nyata maupun dalam lingkungan digital.
Begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film “Budi Pekerti” agar bisa #SalingJaga dari misinformasi/disinformasi/hoaks. Penasaran ada apa saja yang bisa kamu pelajari dan bahkan kamu sebarkan kepada teman-teman? Yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Sebelum menyebarkan sesuatu, yuk cek fakta dahulu
Insiden yang mendorong Ibu Prani terjebak dalam pusaran hoaks terjadi akibat unggahan seorang warga yang merekam video adu mulut antara Ibu Prani dan orang lain di depan umum. Namun, penggalan video yang diunggah itu tidak ternyata memperlihatkan kejadian sebenarnya, hingga menimbulkan misinformasi.
Nah, pelajaran yang bisa diambil adalah untuk tidak langsung percaya apalagi turut menyebarkan informasi tanpa cek fakta terlebih dahulu, juga lebih kritis saat mengkonsumsi konten. Setelah cek fakta, kamu bisa #SalingJaga di platform digital dengan memberikan tambahan informasi mengenai konten yang kamu sebarkan untuk meluruskan apa yang salah atau memberikan label misinformasi/disinformasi/hoaks apabila terbukti tidak benar.
Bijak dan dan penuh empati saat berinteraksi di ruang digital
Akibat misinformasi yang menjerat Bu Prani dan keluarganya, mereka menjadi sasaran hujatan pengguna media sosial. Hal ini akhirnya sangat memengaruhi kesehatan mental mereka, kehidupan sosial, karir hingga nama baik keluarga kecilnya. Ini adalah hal yang seringkali tak terpikirkan kebanyakan orang, bahwa komentar negatif yang dilontarkan di media sosial atau platform digital bisa menghancurkan kehidupan orang yang menjadi sasaran.
Jadi, penting untuk kita lebih bijak dan penuh empati saat berinteraksi di ruang digital, khususnya ketika memberikan komentar terhadap seseorang. Kita perbanyak memberikan dukungan dan komentar positif yuk, agar ruang digital kita lebih aman dan nyaman!
Pastikan video sudah mendapatkan ijin untuk diunggah, ya!
Sebelum mengunggah rekaman video, ingatlah bahwa rekaman video yang melibatkan orang lain harus mendapatkan ijin dari orang yang bersangkutan sebelum disebarluaskan. Karena penyebaran video tanpa ijin bisa berdampak buruk untuk orang tersebut.
Inilah yang terjadi terhadap Ibu Prani yang rekaman video adu mulutnya dengan orang lain menyebabkan hidupnya berubah 180 derajat. Sehingga, pastikan untuk selalu bijak saat merekam video di tempat umum, dan mendapatkan persetujuan orang yang terlibat dalam video kamu ya! Jadi semua bisa #SalingJaga dan semakin bijak dalam menggunakan platform digital.
Laporkan konten yang mengandung misinformasi
Untuk terhindar dari pusaran misinformasi/disinformasi/hoaks, kamu juga bisa aktif #SalingJaga dengan cara melaporkan konten atau informasi yang dirasa mengandung misinformasi/disinformasi/hoaks lewat fitur-fitur keamanan yang disediakan oleh platform digital. Contohnya di TikTok, jika kamu merasa konten video di laman For You-mu mengandung misinformasi/disinformasi/hoaks atau dianggap melanggar Panduan Komunitas TikTok, kamu bisa laporkan konten tersebut.